Saur Marlina Manurung

instagram.com
Saur Marlina Manurung is one of the top Book influencer in Indonesia with 21445 audience and 2.43% engagement rate on Instagram. Check out the full profile and start to collaborate.
Audience
21.4k
Engagement Rate
2.43%
Channel Accounts

Feed

Ada petikan wawancara Marley di tv sini hari ini.

Hari ini ada #schoolstrike for climate justice di Australia, ini acara tahunan. Marley dan beberapa teman-teman sekolahnya ikut turun ke jalan, bolos sekolah beberapa jam. 

Aku semangat sekali, dengan beberapa orang tua menjemput anak kami masing-masing dari sekolah. Mumpung masih kecil, aku mau “brainwash” dia supaya punya spirit “aktivis” ?✊?

Rupanya anak-anak ini adalah pendemo termuda (usia 6 tahun), membuat beberapa orang tertarik mendekati mereka. Saat marching/raly, jurnalis ini menghampiriku “Are they your child? May I speak to them?” Marley dan temannya diminta cerita apa pesan dalam poster yang mereka gambar. 

“(When too much smoke in the sky, trees will die). (Because) if we don’t have trees, we will die!” begitu logika Marley, omg so simple, aku kaget sendiri. Lucunya, temannya tiba-tiba lihat merry-go-round (sekumpulan kuda-kudaan yang berputar), langsung deh buyar..

Ini link cuplikan interviewnya dan beberapa foto tadi siang.

https://www.facebook.com/WINNewsCanberra/videos/1830083620494695

#schoolstrike #schoolstrike4climate #kidsandclimate
#kidsandactivism #sixyearsold
#marleyrimbayu
Ada petikan wawancara Marley di tv sini hari ini.

Hari ini ada #schoolstrike for climate justice di Australia, ini acara tahunan. Marley dan beberapa teman-teman sekolahnya ikut turun ke jalan, bolos sekolah beberapa jam. 

Aku semangat sekali, dengan beberapa orang tua menjemput anak kami masing-masing dari sekolah. Mumpung masih kecil, aku mau “brainwash” dia supaya punya spirit “aktivis” ?✊?

Rupanya anak-anak ini adalah pendemo termuda (usia 6 tahun), membuat beberapa orang tertarik mendekati mereka. Saat marching/raly, jurnalis ini menghampiriku “Are they your child? May I speak to them?” Marley dan temannya diminta cerita apa pesan dalam poster yang mereka gambar. 

“(When too much smoke in the sky, trees will die). (Because) if we don’t have trees, we will die!” begitu logika Marley, omg so simple, aku kaget sendiri. Lucunya, temannya tiba-tiba lihat merry-go-round (sekumpulan kuda-kudaan yang berputar), langsung deh buyar..

Ini link cuplikan interviewnya dan beberapa foto tadi siang.

https://www.facebook.com/WINNewsCanberra/videos/1830083620494695

#schoolstrike #schoolstrike4climate #kidsandclimate
#kidsandactivism #sixyearsold
#marleyrimbayu
Ada petikan wawancara Marley di tv sini hari ini.

Hari ini ada #schoolstrike for climate justice di Australia, ini acara tahunan. Marley dan beberapa teman-teman sekolahnya ikut turun ke jalan, bolos sekolah beberapa jam. 

Aku semangat sekali, dengan beberapa orang tua menjemput anak kami masing-masing dari sekolah. Mumpung masih kecil, aku mau “brainwash” dia supaya punya spirit “aktivis” ?✊?

Rupanya anak-anak ini adalah pendemo termuda (usia 6 tahun), membuat beberapa orang tertarik mendekati mereka. Saat marching/raly, jurnalis ini menghampiriku “Are they your child? May I speak to them?” Marley dan temannya diminta cerita apa pesan dalam poster yang mereka gambar. 

“(When too much smoke in the sky, trees will die). (Because) if we don’t have trees, we will die!” begitu logika Marley, omg so simple, aku kaget sendiri. Lucunya, temannya tiba-tiba lihat merry-go-round (sekumpulan kuda-kudaan yang berputar), langsung deh buyar..

Ini link cuplikan interviewnya dan beberapa foto tadi siang.

https://www.facebook.com/WINNewsCanberra/videos/1830083620494695

#schoolstrike #schoolstrike4climate #kidsandclimate
#kidsandactivism #sixyearsold
#marleyrimbayu
Ada petikan wawancara Marley di tv sini hari ini.

Hari ini ada #schoolstrike for climate justice di Australia, ini acara tahunan. Marley dan beberapa teman-teman sekolahnya ikut turun ke jalan, bolos sekolah beberapa jam. 

Aku semangat sekali, dengan beberapa orang tua menjemput anak kami masing-masing dari sekolah. Mumpung masih kecil, aku mau “brainwash” dia supaya punya spirit “aktivis” ?✊?

Rupanya anak-anak ini adalah pendemo termuda (usia 6 tahun), membuat beberapa orang tertarik mendekati mereka. Saat marching/raly, jurnalis ini menghampiriku “Are they your child? May I speak to them?” Marley dan temannya diminta cerita apa pesan dalam poster yang mereka gambar. 

“(When too much smoke in the sky, trees will die). (Because) if we don’t have trees, we will die!” begitu logika Marley, omg so simple, aku kaget sendiri. Lucunya, temannya tiba-tiba lihat merry-go-round (sekumpulan kuda-kudaan yang berputar), langsung deh buyar..

Ini link cuplikan interviewnya dan beberapa foto tadi siang.

https://www.facebook.com/WINNewsCanberra/videos/1830083620494695

#schoolstrike #schoolstrike4climate #kidsandclimate
#kidsandactivism #sixyearsold
#marleyrimbayu
Ada petikan wawancara Marley di tv sini hari ini.

Hari ini ada #schoolstrike for climate justice di Australia, ini acara tahunan. Marley dan beberapa teman-teman sekolahnya ikut turun ke jalan, bolos sekolah beberapa jam. 

Aku semangat sekali, dengan beberapa orang tua menjemput anak kami masing-masing dari sekolah. Mumpung masih kecil, aku mau “brainwash” dia supaya punya spirit “aktivis” ?✊?

Rupanya anak-anak ini adalah pendemo termuda (usia 6 tahun), membuat beberapa orang tertarik mendekati mereka. Saat marching/raly, jurnalis ini menghampiriku “Are they your child? May I speak to them?” Marley dan temannya diminta cerita apa pesan dalam poster yang mereka gambar. 

“(When too much smoke in the sky, trees will die). (Because) if we don’t have trees, we will die!” begitu logika Marley, omg so simple, aku kaget sendiri. Lucunya, temannya tiba-tiba lihat merry-go-round (sekumpulan kuda-kudaan yang berputar), langsung deh buyar..

Ini link cuplikan interviewnya dan beberapa foto tadi siang.

https://www.facebook.com/WINNewsCanberra/videos/1830083620494695

#schoolstrike #schoolstrike4climate #kidsandclimate
#kidsandactivism #sixyearsold
#marleyrimbayu

Ada petikan wawancara Marley di tv sini hari ini. Hari ini ada # Read More

Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang warnanya coklat bulat sempurna dan pelangi yang singgah sebentar.

Oh kita suka sekali jumpa anak ular piton lagi tiduran di pohon.

#milnurung #brokenhead #phyton #rainbow #sourdough

Spend a day with the Mahanderson dan teman-teman baru yang hangat..di Broken Head.

Terimakasih @avimahaningtyas
Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang warnanya coklat bulat sempurna dan pelangi yang singgah sebentar.

Oh kita suka sekali jumpa anak ular piton lagi tiduran di pohon.

#milnurung #brokenhead #phyton #rainbow #sourdough

Spend a day with the Mahanderson dan teman-teman baru yang hangat..di Broken Head.

Terimakasih @avimahaningtyas
Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang warnanya coklat bulat sempurna dan pelangi yang singgah sebentar.

Oh kita suka sekali jumpa anak ular piton lagi tiduran di pohon.

#milnurung #brokenhead #phyton #rainbow #sourdough

Spend a day with the Mahanderson dan teman-teman baru yang hangat..di Broken Head.

Terimakasih @avimahaningtyas
Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang warnanya coklat bulat sempurna dan pelangi yang singgah sebentar.

Oh kita suka sekali jumpa anak ular piton lagi tiduran di pohon.

#milnurung #brokenhead #phyton #rainbow #sourdough

Spend a day with the Mahanderson dan teman-teman baru yang hangat..di Broken Head.

Terimakasih @avimahaningtyas
Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang warnanya coklat bulat sempurna dan pelangi yang singgah sebentar.

Oh kita suka sekali jumpa anak ular piton lagi tiduran di pohon.

#milnurung #brokenhead #phyton #rainbow #sourdough

Spend a day with the Mahanderson dan teman-teman baru yang hangat..di Broken Head.

Terimakasih @avimahaningtyas
Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang warnanya coklat bulat sempurna dan pelangi yang singgah sebentar.

Oh kita suka sekali jumpa anak ular piton lagi tiduran di pohon.

#milnurung #brokenhead #phyton #rainbow #sourdough

Spend a day with the Mahanderson dan teman-teman baru yang hangat..di Broken Head.

Terimakasih @avimahaningtyas
Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang warnanya coklat bulat sempurna dan pelangi yang singgah sebentar.

Oh kita suka sekali jumpa anak ular piton lagi tiduran di pohon.

#milnurung #brokenhead #phyton #rainbow #sourdough

Spend a day with the Mahanderson dan teman-teman baru yang hangat..di Broken Head.

Terimakasih @avimahaningtyas
Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang warnanya coklat bulat sempurna dan pelangi yang singgah sebentar.

Oh kita suka sekali jumpa anak ular piton lagi tiduran di pohon.

#milnurung #brokenhead #phyton #rainbow #sourdough

Spend a day with the Mahanderson dan teman-teman baru yang hangat..di Broken Head.

Terimakasih @avimahaningtyas

Semua biru, kelabu di hari itu, kecuali si roti sourdough yang wa Read More

“Kalau belum tumbang, jangan cengeng sama hidup!” itu ‘kuliah’ yang diperlihatkan anak-anak selama 10 harian mereka sakit. Ini foto video mereka selama sakit.

Sudah 3 minggu ini kami caravan camping, berenam; kami sekeluarga berempat, opung dan anjing kami, si wally the ninja. Ada minggu yang dipenuhi hujan, banjir, berangin dan kadang dingin. Tapi ada juga hari berpelangi, panas cerah selaksa semua makhluk tersenyum luas.

Hampir 3 minggu ini kami bergantian sakit flu campur batuk demam. Anak-anak sembuh setelah 10 hari, aku dan suami berkembang secondary infection, aku bacterial sinusitis, suami chicken pox. Opung saja yang tetap sehat. Sebelum berangkat, kami dapat email dari sekolah Marley yang memberitahu bahwa di sekolahnya ada anak kena chicken pox. Demi kedamaian hati, agar tak jadi OTG, kami juga tes covid, negatif.

Melihat anak-anak bikin aku tidak mudah mengeluh, walaupun bergerak saja kadang susah seperti zombie.. 

Yuk tengok anak-anak di sekitar kita, mereka adalah guru-kehidupan yang baik, gak pernah menggurui.?

Random photos dari #mullumbimby dan #ByronBay 

#milnurung #caravancamping #winter #jayco #momandson
“Kalau belum tumbang, jangan cengeng sama hidup!” itu ‘kuliah’ yang diperlihatkan anak-anak selama 10 harian mereka sakit. Ini foto video mereka selama sakit.

Sudah 3 minggu ini kami caravan camping, berenam; kami sekeluarga berempat, opung dan anjing kami, si wally the ninja. Ada minggu yang dipenuhi hujan, banjir, berangin dan kadang dingin. Tapi ada juga hari berpelangi, panas cerah selaksa semua makhluk tersenyum luas.

Hampir 3 minggu ini kami bergantian sakit flu campur batuk demam. Anak-anak sembuh setelah 10 hari, aku dan suami berkembang secondary infection, aku bacterial sinusitis, suami chicken pox. Opung saja yang tetap sehat. Sebelum berangkat, kami dapat email dari sekolah Marley yang memberitahu bahwa di sekolahnya ada anak kena chicken pox. Demi kedamaian hati, agar tak jadi OTG, kami juga tes covid, negatif.

Melihat anak-anak bikin aku tidak mudah mengeluh, walaupun bergerak saja kadang susah seperti zombie.. 

Yuk tengok anak-anak di sekitar kita, mereka adalah guru-kehidupan yang baik, gak pernah menggurui.?

Random photos dari #mullumbimby dan #ByronBay 

#milnurung #caravancamping #winter #jayco #momandson
“Kalau belum tumbang, jangan cengeng sama hidup!” itu ‘kuliah’ yang diperlihatkan anak-anak selama 10 harian mereka sakit. Ini foto video mereka selama sakit.

Sudah 3 minggu ini kami caravan camping, berenam; kami sekeluarga berempat, opung dan anjing kami, si wally the ninja. Ada minggu yang dipenuhi hujan, banjir, berangin dan kadang dingin. Tapi ada juga hari berpelangi, panas cerah selaksa semua makhluk tersenyum luas.

Hampir 3 minggu ini kami bergantian sakit flu campur batuk demam. Anak-anak sembuh setelah 10 hari, aku dan suami berkembang secondary infection, aku bacterial sinusitis, suami chicken pox. Opung saja yang tetap sehat. Sebelum berangkat, kami dapat email dari sekolah Marley yang memberitahu bahwa di sekolahnya ada anak kena chicken pox. Demi kedamaian hati, agar tak jadi OTG, kami juga tes covid, negatif.

Melihat anak-anak bikin aku tidak mudah mengeluh, walaupun bergerak saja kadang susah seperti zombie.. 

Yuk tengok anak-anak di sekitar kita, mereka adalah guru-kehidupan yang baik, gak pernah menggurui.?

Random photos dari #mullumbimby dan #ByronBay 

#milnurung #caravancamping #winter #jayco #momandson
“Kalau belum tumbang, jangan cengeng sama hidup!” itu ‘kuliah’ yang diperlihatkan anak-anak selama 10 harian mereka sakit. Ini foto video mereka selama sakit.

Sudah 3 minggu ini kami caravan camping, berenam; kami sekeluarga berempat, opung dan anjing kami, si wally the ninja. Ada minggu yang dipenuhi hujan, banjir, berangin dan kadang dingin. Tapi ada juga hari berpelangi, panas cerah selaksa semua makhluk tersenyum luas.

Hampir 3 minggu ini kami bergantian sakit flu campur batuk demam. Anak-anak sembuh setelah 10 hari, aku dan suami berkembang secondary infection, aku bacterial sinusitis, suami chicken pox. Opung saja yang tetap sehat. Sebelum berangkat, kami dapat email dari sekolah Marley yang memberitahu bahwa di sekolahnya ada anak kena chicken pox. Demi kedamaian hati, agar tak jadi OTG, kami juga tes covid, negatif.

Melihat anak-anak bikin aku tidak mudah mengeluh, walaupun bergerak saja kadang susah seperti zombie.. 

Yuk tengok anak-anak di sekitar kita, mereka adalah guru-kehidupan yang baik, gak pernah menggurui.?

Random photos dari #mullumbimby dan #ByronBay 

#milnurung #caravancamping #winter #jayco #momandson

“Kalau belum tumbang, jangan cengeng sama hidup!” itu ‘kuli Read More

Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.
Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.
Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.
Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.
Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.
Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.
Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.
Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.
Berita dari Sokola Sumba?

#Repost @sokolainstitute 
Pembangunan Uma Hakola Humba.

“Sebentar lagi Lia akan punya rumah sendiri. Sudah jadi orang Sodan ini,” celetuk Jawu Pote, pemuda Kampung Sodan. Ia dan sekitar 40 warga sedang bergotong-royong membangun rumah belajar Hakola Humba. Rangka rumah sudah berdiri. Dinding, lantai, dan tiang-tiangnya berupa bambu yang diambil dari kebun-kebun warga. Demikian juga material rumah lainnya hingga konsumsi selama gotong-royong seperti beras dan sirih pinang, merupakah sumbangan dari warga. 

Sejak Maret lalu sampai dengan hari ini, sudah enam kali warga melakukan gotong-royong membangun Uma Hakola Humba (Rumah Sokola Sumba) di sela kesibukan mereka bekerja di kebun. Mereka terdiri dari para Ama (bapak), pemuda, dan anak-anak, guru-guru Sokola termasuk Lia bersama para Inya (ibu) serta remaja perempuan sibuk di dapur menyiapkan makan bagi peserta kerja bakti. Anak-anak perempuan juga terlibat, bahkan sejak sehari sebelumnya mencari kayu api dan mengambil air. Air minum sudah direbus sejak malam sebelumnya, agar tidak panas saat disajikan di hari gotong-royong.

Pendirian rumah diawali dengan “kojayali” yang dilaksanakan pada bulan April lalu, yakni acara membuat lubang dan menancapkan empat tiang utama rumah. Tiang rumah berasal dari kayu jati putih yang juga diambil dari kebun warga. Setelah tiang berdiri, barulah lantai dan dinding dibuat. Rencananya, pada bulan Juli ini, atap akan segera dipasang. Saat ini, warga sedang mempersiapkan atap alang. Ada yang dibeli, ada juga yang dibuat sendiri dari alang-alang yang dicari di savana. 

Pembangunan Uma Hakola adalah inisiatif warga kampung Sodan. Selama ini, para guru tinggal di salah satu rumah warga. Namun, sesuai adat di sana, ada murid-murid dari klan tertentu yang tidak bisa masuk ke rumah karena pamali yang mereka percayai. Karena itu, warga sepakat untuk membangun Uma Hakola di lokasi yang netral agar semua orang bisa datang. 

Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, “Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah.

Berita dari Sokola Sumba? #Repost @sokolainstitute Pembangunan Read More

Randoms at Nambucca heads beach ?

Sebersyukurnya aku yang sedang liburan sekeluarga di tempat hangat ini, aku bersusah hati memikirkan pra sahabat yang dilanda covid-19. Kiranya Tuhan beri mereka kekuatan dan mukjizat ❤️‍?

#milnurung #caravancamping
Randoms at Nambucca heads beach ?

Sebersyukurnya aku yang sedang liburan sekeluarga di tempat hangat ini, aku bersusah hati memikirkan pra sahabat yang dilanda covid-19. Kiranya Tuhan beri mereka kekuatan dan mukjizat ❤️‍?

#milnurung #caravancamping
Randoms at Nambucca heads beach ?

Sebersyukurnya aku yang sedang liburan sekeluarga di tempat hangat ini, aku bersusah hati memikirkan pra sahabat yang dilanda covid-19. Kiranya Tuhan beri mereka kekuatan dan mukjizat ❤️‍?

#milnurung #caravancamping
Randoms at Nambucca heads beach ?

Sebersyukurnya aku yang sedang liburan sekeluarga di tempat hangat ini, aku bersusah hati memikirkan pra sahabat yang dilanda covid-19. Kiranya Tuhan beri mereka kekuatan dan mukjizat ❤️‍?

#milnurung #caravancamping
Randoms at Nambucca heads beach ?

Sebersyukurnya aku yang sedang liburan sekeluarga di tempat hangat ini, aku bersusah hati memikirkan pra sahabat yang dilanda covid-19. Kiranya Tuhan beri mereka kekuatan dan mukjizat ❤️‍?

#milnurung #caravancamping
Randoms at Nambucca heads beach ?

Sebersyukurnya aku yang sedang liburan sekeluarga di tempat hangat ini, aku bersusah hati memikirkan pra sahabat yang dilanda covid-19. Kiranya Tuhan beri mereka kekuatan dan mukjizat ❤️‍?

#milnurung #caravancamping
Randoms at Nambucca heads beach ?

Sebersyukurnya aku yang sedang liburan sekeluarga di tempat hangat ini, aku bersusah hati memikirkan pra sahabat yang dilanda covid-19. Kiranya Tuhan beri mereka kekuatan dan mukjizat ❤️‍?

#milnurung #caravancamping

Randoms at Nambucca heads beach ? Sebersyukurnya aku yang sedang Read More

Nambucca beach run.

Letaknya 780km utara nya Canberra, 10-15 derajat celcius lebih panas..Sinyalnya ngepas. Ini hari ke-4 caravan camping yang rencananya 5 minggu. Aku baru lari lagi setelah dua minggu absen dengan alasan dingin ?

Lari di pantai adalah favoritku, gak perlu pakai sepatu, mata segar melihat luas, rambut kusut diacak angin, lagunya pun lagu ombak.

Garis pantainya cukup panjang, ke kiri 3km,
ke kanan 1km, pas pp 8km. 

#nambuccaheads #run #beachrun #8km
Nambucca beach run.

Letaknya 780km utara nya Canberra, 10-15 derajat celcius lebih panas..Sinyalnya ngepas. Ini hari ke-4 caravan camping yang rencananya 5 minggu. Aku baru lari lagi setelah dua minggu absen dengan alasan dingin ?

Lari di pantai adalah favoritku, gak perlu pakai sepatu, mata segar melihat luas, rambut kusut diacak angin, lagunya pun lagu ombak.

Garis pantainya cukup panjang, ke kiri 3km,
ke kanan 1km, pas pp 8km. 

#nambuccaheads #run #beachrun #8km
Nambucca beach run.

Letaknya 780km utara nya Canberra, 10-15 derajat celcius lebih panas..Sinyalnya ngepas. Ini hari ke-4 caravan camping yang rencananya 5 minggu. Aku baru lari lagi setelah dua minggu absen dengan alasan dingin ?

Lari di pantai adalah favoritku, gak perlu pakai sepatu, mata segar melihat luas, rambut kusut diacak angin, lagunya pun lagu ombak.

Garis pantainya cukup panjang, ke kiri 3km,
ke kanan 1km, pas pp 8km. 

#nambuccaheads #run #beachrun #8km

Nambucca beach run. Letaknya 780km utara nya Canberra, 10-15 der Read More

Biar bagaimanapun, aku harus berterima kasih pada teknologi yang memungkinkan kita bertemu keluarga kesayangan secara virtual. Selain keluarga sedarah yang bikin kangen, juga keluargaku @sokolainstitute 
Ini waktu terlama aku tidak pulang ke tanah air. Kebayang gak sih kalau kita mesti kirim-kiriman surat dan foto..

#repost @lisakamelia Melepas rindu setelah puluhan purnama belum juga bisa berjumpa ❤️
Biar bagaimanapun, aku harus berterima kasih pada teknologi yang memungkinkan kita bertemu keluarga kesayangan secara virtual. Selain keluarga sedarah yang bikin kangen, juga keluargaku @sokolainstitute 
Ini waktu terlama aku tidak pulang ke tanah air. Kebayang gak sih kalau kita mesti kirim-kiriman surat dan foto..

#repost @lisakamelia Melepas rindu setelah puluhan purnama belum juga bisa berjumpa ❤️

Biar bagaimanapun, aku harus berterima kasih pada teknologi yang Read More

#Repost @_mosi.id with @make_repost
・・・
Alam Takambang Jadi Guru 

Pepatah bijak mengatakan kita semua adalah murid dalam sekolah kehidupan. Namun dalam keseharian kita juga masuk ke instansi pendidikan formal. Misal masuk SD, SMP, SMA.  Pertanyaannya apakah metode pendidikan nasional cocok bagi masyarakat adat? 

Simak ulasan MOSI dalam webinar dari @lipiindonesia dan Pusat Studi Heritage Nusantara Universitas Kristen Satya Wacana  @uksw_salatiga yang bertajuk:
#Repost @_mosi.id with @make_repost
・・・
Alam Takambang Jadi Guru 

Pepatah bijak mengatakan kita semua adalah murid dalam sekolah kehidupan. Namun dalam keseharian kita juga masuk ke instansi pendidikan formal. Misal masuk SD, SMP, SMA.  Pertanyaannya apakah metode pendidikan nasional cocok bagi masyarakat adat? 

Simak ulasan MOSI dalam webinar dari @lipiindonesia dan Pusat Studi Heritage Nusantara Universitas Kristen Satya Wacana  @uksw_salatiga yang bertajuk:
#Repost @_mosi.id with @make_repost
・・・
Alam Takambang Jadi Guru 

Pepatah bijak mengatakan kita semua adalah murid dalam sekolah kehidupan. Namun dalam keseharian kita juga masuk ke instansi pendidikan formal. Misal masuk SD, SMP, SMA.  Pertanyaannya apakah metode pendidikan nasional cocok bagi masyarakat adat? 

Simak ulasan MOSI dalam webinar dari @lipiindonesia dan Pusat Studi Heritage Nusantara Universitas Kristen Satya Wacana  @uksw_salatiga yang bertajuk:
#Repost @_mosi.id with @make_repost
・・・
Alam Takambang Jadi Guru 

Pepatah bijak mengatakan kita semua adalah murid dalam sekolah kehidupan. Namun dalam keseharian kita juga masuk ke instansi pendidikan formal. Misal masuk SD, SMP, SMA.  Pertanyaannya apakah metode pendidikan nasional cocok bagi masyarakat adat? 

Simak ulasan MOSI dalam webinar dari @lipiindonesia dan Pusat Studi Heritage Nusantara Universitas Kristen Satya Wacana  @uksw_salatiga yang bertajuk:
#Repost @_mosi.id with @make_repost
・・・
Alam Takambang Jadi Guru 

Pepatah bijak mengatakan kita semua adalah murid dalam sekolah kehidupan. Namun dalam keseharian kita juga masuk ke instansi pendidikan formal. Misal masuk SD, SMP, SMA.  Pertanyaannya apakah metode pendidikan nasional cocok bagi masyarakat adat? 

Simak ulasan MOSI dalam webinar dari @lipiindonesia dan Pusat Studi Heritage Nusantara Universitas Kristen Satya Wacana  @uksw_salatiga yang bertajuk:
#Repost @_mosi.id with @make_repost
・・・
Alam Takambang Jadi Guru 

Pepatah bijak mengatakan kita semua adalah murid dalam sekolah kehidupan. Namun dalam keseharian kita juga masuk ke instansi pendidikan formal. Misal masuk SD, SMP, SMA.  Pertanyaannya apakah metode pendidikan nasional cocok bagi masyarakat adat? 

Simak ulasan MOSI dalam webinar dari @lipiindonesia dan Pusat Studi Heritage Nusantara Universitas Kristen Satya Wacana  @uksw_salatiga yang bertajuk:

#Repost @_mosi.id with @make_repost ・・・ Alam Takambang Jadi Read More

Happy World Rainforest Day. 
Andai kita perlakukan hutan seperti kita memperlakukan isi kulkas kita; “ambil secukupnya, karena besok perlu lagi.”
Terima kasih sudah ingatkan kita ini @anatmanpictures 

#Repost @anatmanpictures with @make_repost
・・・
Dalam dokumenter Diam & Dengarkan, ada satu cerita menarik dari Butet Manurung @butetmanurung saat dia menjelaskan kepada orang rimba apa itu kulkas. Mendengar penjelasan dari Butet, mereka  mengatakan  sesuatu yang menarik. Orang rimba berpikir bahwa kulkas itu seperti hutan. Kita ambil makanan secukupnya dan sisanya disimpan di hutan untuk kita ambil lagi besoknya.

Dari pernyataan tersebut, kita bisa melihat bahwa peran hutan bukan hanya sebagai

Happy World Rainforest Day. Andai kita perlakukan hutan seperti Read More

×